Laman

Jumat, 02 Februari 2018

MIE INSTAN-ku


MIE INSTAN-ku...
(Oleh : Nur Utami Setianingsih - @G11-Nur)

ABSTRAK

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis (UU. R No. 23 tahun 1992). Maka agar tetap dalam keadaan sehat, tubuh memerlukan asupan zat gizi dari makanan, seperti diungkapkan oleh Karyadi (1996). Komposisi tubuh manusia terdiri dari zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, berbagai mineral dan vitamin, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tubuh melakukan pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus ataupun rusak. Agar tubuh dapat menjalankan fungsinya diperlukan sejumlah zat gizi setiap hari yang diperoleh dari makanan. Perubahan agya hidup masyarakat mempengaruhi pola konsumsinya, kini makanan instan makin digemari sebagai substitusi nasi. Salah satunya adalah mie instan. Produk ini bahkan makin menjadi pilihan pengganti bahan pangan pokok. Pertimbangannya adalah factor kepraktisan, harga yang terjangkau dan cukup mengenyangkan.


KATA KUNCI : Kimia Pangan, Bahan Tambahan, Makanan Instan

ISI

Menurut Sunarto (2005), mie instan adalah  mie mentah yang kemudian mengalami proses pengukusan dan pengeringan (menjadi mie kering) atau dikukus dan digoreg menjadi instan goreng.

Sementara berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 3551-1994, mie instan didefinisikan sebaai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lai dan bahan makanan tambahan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah dmasak atau diseduh dengan air mendidih palig lama 4 menit.

Banyak alasan mengapa sebagian besar masyarakat Indonesia sangat gemar mengkonsumsi mie instan, menurut KTI yang dimuat oleh Halysha Ashryy pada hari sabtu 29 Maret 2014. Sebagian besar beranggapan bahwa mie instan adalah makanan yang praktis dan mudah penyajiannya. Sebagian lagi beranggapan mie instan adalah makanan yang murah dan mudah didapat (Ashryy, 2014).
Menurut Astawan (2004), ditinjau dari segi nilai gizinya, mie instan syarat akan karbohidrat dan zat tenaga dengan kandungan proten yang relative rendah. Kandungan gizi mie sangat bervarasi bergantung pada jenis dan jumlah bahan-bahan penyusunnya, kualitas bahan baku yang digunakan, cara pembuatan, dan cara penyimpanan.
Berdasarkan riset yang pernah dilakukan IPB terhadap produk mie instan yang beredar di Indonesia, jumlah bahan pengawet yang dipakai jumlahnya bervariasi. Secara umum ada 7 komponen dalam mie instan, termasuk pengawet, pewarna, dan antioksidan (Eddy Setyo Mudjajanto, dosen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor).


Menurut Dr. Shin pada Dailymail (2014) bahwa selain mengandung bahan pengawet, mie instan juga memiliki bahan kimia yang disebut bisphenol A yang digunakan untuk mengemas mie dalam wadah Styrofoam.

Zat kimia yang sering ditambahkan dalam pembuatan mie :

  • STPP (Sodium Tri Poly Phosphat), sebagai pengenyal, karena dapat mengikat air. Air digunakan dari banyaknya adonan.
  • CMC (Carboxymethyl Cellulose), sebagai pengenyal dan membuat tekstur makanan jadi tidak lengket, elastis, dan halus. Dalam dunia farmasi sering digunakan sebagai excipient/ suspending, pengikat, penghancur tablet, dan meningkatkan viskositas cairan. Zat ini aman jika hanya digunakan dan tidak terlalu sering dikonsumsi
  • Soda Kie (air abu), merupakan bahan pengenyal mie basah agar teksturnya tidak keras. Digunakan agar mie lebih awet segarnya/ tidak mudah basi
  • Kalsium Propionat, pengawet mie kering, agar tidak mudah rusak seperti mencegah mie berlendir dan jamuran. Zat ini aman digunakan bila dalam jumlah yang tidak berlebih
  • Formalin dan Boraks, zat aditif yang sering dicampur dalam mie basah. Sebagai pengawet dan termasuk zat aditif non-pangan. Jika dikonsumsi terlalu banyak bisa berefek pusing, muntah, hingga penyakit kronis dalam jangka panjang
  • Propilen glikol, anti beku yang mencegah mie dari pengeringan dengan memprtahankan kelembapan. Tubuh akan menyerap dengan mudah dan propilen glikol terakumulasi di jantung, hati, dan ginjal. Hal ini menyebabkan kerusakan dan kelainan organ, serta melemahkan sistem kekebalan tubuh.


MIND MAP
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penulis Kimia Umum. 2013. Kimia Umum. Surabaya : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya.
Wulandari, Fitri dan Viorentina Bayus. 2015. Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang Bahaya Mengkosumsi Mie Instan Di Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Jakarta. Jakarta: Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Jakarta, Voume 1, Nomor 1.

Kurnianingsih, Sari. 2007. Hubungan Konsumsi Mie Instan dengan Tingkat Kecukupan Gizi dan Status Gizi Pada Remaja. Universitas Airlangga, Surabaya.

Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Olahan. Solo: PT. Tiga Serangkai.

Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Nasional Indonesia Mie Instan No. 3551-1994. BSN. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.