Laman

Sabtu, 17 Februari 2018

Cemaran Logam Berat pada Sistem Perairan

Oleh : M.Irsyad Herlanda Putra

Abstrak : 
Pencemaran di laut salah satunya disebabkan oleh logam berat. Logam berat merupakan bahan anorganik yang bersifat toksik dan dapat terakumulasi dalam tubuh biota air. Logam berat dibutuhkan oleh organisme laut untuk proses perkembangannya, namun akan begitu berbahaya jika konsentrasinya terlalu tinggi. Logam berat yang ada di air laut sebagian terakumulasi dalam organisme tertentu. Oleh karena itu, organisme tertentu dapat dijadikan indikator bio di Indonesia studi polusi Kerang (bivalve moluska) adalah indikator bio terbaik untuk mempelajari logam berat polusi di lingkungan laut. 


Kata Kunci : Logam berat, pencemaran air, polusi,

Pendahuluan : 

Menurut Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017), Pencemaran air terjadi setiap saat, ada yang
kasat mata karena perubahan warna air sesuai dengan polutan dominan yang masuk, ada yang teridentifikasi oleh indra penciuman karena bau yang menyengat, namun ada pula yang tidak tampak dan tidak berbau. Berita pencemaran air sering muncul di televise, misalnya liputan mengenai tumpahan minyak di perairan laut tertentu. Namun pencemaran badan sungai yang dilakukan penduduk di sepanjnag DAS sudah tidak diberitakan lagi, karena frekuensi kasusnya terlalu banyak dan sebarannya terlalu luas.

Di negara maju sekalipun di mana ada metode dan teknologi pemurnian telaj diterapkan dengan baik, ternyata masih banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan akibat pencemaran air, Pertumbuhan alga yang tidak terkendali di perairan misalnya, menyebabkan toksik yang berpengaruh pada munculnya berbagai penyakit pencernaan dan kulit, Kadar nitrogennyang berlebih dalam air minum juga menimbulkan risiko serius bagi bayi, Berdasarkan pengamatan EPA tahun 2010, ternyata hampir 20 persen dari danai di Amerika Serikat memiliki kadar nitrogen dan fosfor yang berlebih, hal itu karena pencemaran nutrisi (Woodfor, 2015)

Diungkapkan oleh Warlina, Lina. (2004), bahwa dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai pencemaran air. Pencemaran air ini terjadi dimana-mana. Di Teluk Jakarta terjadi pencemaran yang sangat merugikan bagi petambak. Tidak saja udang dan bandeng yang mati, tapi kerang hijaupun turut mati pula, beberapa jenis spesies ikan telah hilang. Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta tersebut telah sangat parah. Indikasinya populasi kerang hijau berkembang lebih cepat dan semakin banyak, padahal hewan ini merupakan indicator pecemar. Kadar logam antara lain seng, tembaga dan timbal telah mencapai ambang batas normal. Kondisi ini sangat berbahaya, karena logam berat dapat diserap oleh manusia atau hewan yang memakannya dan akan terjadi akumulasi (Republika, 17/02/03). Di Waduk Saguling juga terjadi pencemaran logam berat (merkuri) dan kadar H2SO4 yang tinggi, sehingga pencemaran ini sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat sekitar, ribuan petani ikan mas jaring terapung di kawasan ini terancam gulung tikar karena produksi ikan turun terus.

Isi : 
Seperti unsur-unsur kimia lainnya, unsurunsur logam berat juga dibutuhkan oleh organisme hidup dalam berbagai proses metabolisme untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuhnya. Sebagai contoh, kobal (Co) dibutuhkan untuk pembentukan vitamin BB 12, besi (Fe) dibutuhkan untuk pembuatan haemoglobin, sedangkan seng (Zn) berfungsi dalam enzim-enzim dehidrogenase. Tetapi unsur logam berat dalam jumlah yang berlebihan akan bersifat racun (WHITTON & SAI 1981, dan PHILLIPS 1980). Toksisitas (daya racun) logam berat tergantung pada jenis, kadar, efek sinergis-antagonis dan bentuk fisika-kimianya. Basil penelitian AHSANULLAH dan ARNOTT (1978) menunjukkan bahwa burayak kepiting, Paragrapsus quadridentatus sembilan kali lebih sensitif terhadap Zn daripada kadmium (Cd). Semakin besar kadar logam berat, daya toksisitasnya semakin besar pula. Sebagai contoh, 50% kerang biru, Mynlus edulis yang dipelihara dalam air yang mengandung Pb 0,5 ppm mati dalam waktu 150 hari. Sedangkan dalam air yang mengandung Pb=5 ppm, 50% kerang biru tersebut mati dalam waktu 105 hari. Adanya efek sinergis dari beberapa logam, juga akan memperbesar toksisitas logam berat. Misalnya, perak (Ag) bila berkombinasi dengan Cu akan menghasilkan toksisitas yang 10 kali lebih toksik dari raksa (Hg) (BERNHARD 1978). Tembaga (Cu) dalam bentuk ion lebih toksik daripada bentuk organik (HART & DAVIS 1978), Arsen (As) dalam bentuk anorganik lebih toksik daripada bentuk organik, sedangkan Hg dan Pb lebih toksik dalam bentuk organik. (Hotagalung, Horas P. 1984)

Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu logam berat tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh organisme hidup di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa komplek bersama bahan organic dan anorganik secara adsorbsi dan kombinasi Djuangsih, dkk. Biota air yang hidup dalam perairan tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Makin tinggi kandungan logam dalam perairan akan semakin tinggi pula kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan tersebut. (Rochyatun, Endang dan Abdul Rozak. 2007)

Menurut Endang dkk. (2007), Faktor lingkungan perairan seperti pH, kesadahan, temperature dan salinitas juga mempengaruhi daya racun logam berat. Penurunan pH air akan menyebabkan daya racun logam berat semakin besar. Kesadahan yang tinggi dapat mempengaruhi daya racun logam berat, karena logam berat dalam air yang berkesadahan tinggi akan membentuk senyawa kompleks yang mengendap dalam dasar perairan. Beberapa tahun yang lalu di perairan Teluk Jakarta sempat telah terjadi pencemaran logam berat yang menyebabkan kematian ikan secara masal. 

Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian. Beberapa logam berat yang berbahaya adalah, timbal (Pb), mercuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd). Daya toksisitas logam ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu kadar logam yang termakan, lamanya konsumsi, umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan-makanan tertu, kondifisik, dan kemampuan jaringan tubuh untuk mengakumulasi logam ( Darmono, 1995)

Made Astawa (2009) sumber utama kontaminan logam berat sesungguhnya berasal dari udara dan air yang mencemari tanah. Selanjutnya semua tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah tercemar akan mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian (akar, batang, daun dan buah).Ternak akan memanen logam-logam berat yang ada pada tanaman dan menumpuknya pada dagingnya. Lalu manusia yang termasuk kelompok omnivore (pemakan segalanya), akan tercemar logam tersebut dari empat unsur utama, yaitu udara yang dihirup saat bernafas, air minum, tanaman (sayuaran dan buah- buahan), serta ternak (berupa daging, telur, dan susu)


Daftar Pustaka :
  • Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media
  • Herlambang, Arie. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya
  • Lina, Warlina. 2004. Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan Penanggulangannya
  • Rochyatun, Endang dan Abdul Rozak. 2007. Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Teluk Jakara
  • Tina, Agustina, 2014. Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan Dampaknya pada Kesehatan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.