Laman

Sabtu, 27 Januari 2018

ANALISIS TERJADINYA HUJAN ASAM DI INDONESIA

Oleh : Siti Fatimatuzzahra (@F08-Siti)


Abstrak

Air hujan adalah sumber air utama dalam hidup dan untuk kehidupan. Hujan terjadi karena terjadinya penguapan semua unsur H2O di atas permukaan bumi baik yang yang berbentuk air maupun bersarang dalam pepohonan, bangunan, melayang di trophosphere  dan stratosphere.
Menurut ELC (2008) dalam buku Kimia Industri dan Teknologi Hijau sebenarnya hujan secara alami bersifat asam (pH hujan normal 5,6) karena merupakan hasil dari reaksi uap air, Karbon Dioksida, dan Nitrogen di atmosfer. Tingkat keasaman air hujan dapat meningkatkan secara drastic karena masuknya Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida ke atmosfer, sehingga terjadilah hujan asam. Fenomena alam hujan asam ini terjadi karena zat belerang (sulfur) yang ada di atmosfer dimana merupakan gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan fosil yang ada di bumi. Hal tersebut terjadi secara alami sebagai akibat adanya kerusakan vegetasi dan letusan-letusan gunung berapi dan proses-proses biokimia yang terjadi di bumi seperti di rawa, tanah, laut dan sebagainya. Namun memang kita akui saat ini bahwa hujan asam lebih banyak dikarenakan oleh ulah manusia entah dari aktivitas berkendara menggunakan mesin bermotor maupun aktivitas industri. Hujan asam dapat menyebabkan pohon dan bangunan menjadi lebih rapuh, dan merusak patung tembaga di kota Bandung. Hasil analisis fisika-kimia menunjukkan kadar unsur-unsur seperti kesadahan, besi, mangan, natrium, klorida, sulfat, nitrit, nitrat, dan zat padat terlarut dari percontoh air hujan lebih kecil dari standar air minum, kekeruhan, warna, dan amonium, mempunyai kadar tinggi di beberapa lokasi penakar hujan, sedangkan hujan asam terjadi pada bulan Desember 2009 dan April 2010 dengan nilai pH rendah < 5,6.

Kata kunci : curah hujan, hujan asam,

PENDAHULUAN

Yatim, Erni M (2007) dalam sebuah Studi Literatur istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith ( 1872 ) dalam Kupchella ( 1989 ) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah daerah industri dibagian utara Inggris. Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara larut dalam butirbutir air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam itu terhujankan atau rainout. Hujan asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut kedalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash-out. Hujan asam dapat terjadi di daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran. Masalah hujan asam terjadi dilapisan athmosfir rendah, yaitu di troposfir. Asam yang terkandung dalam hujan asam ialah asam sulfat (H2 SO4 ) dan asam nitrat (HNO)3 , keduanya merupakan asam kuat. Asam sulfat berasal dari gas SO2 dan asam nitrat dari gas NOx

MASALAH

Apa definisi hujan asam?

Apa penyebab terjadinya hujan asam?

Apa dampak yang ditimbulkan hujan asam?

Bagaimana cara mencegah terjadinya hujan asam?

PEMBAHASAN
Hujan merupakan bagian dari siklus hidrologi, air laut dan sebagian air di daratan menguap membentuk uap air yang terangkat dan terbawa angin di atmosfer, kemudian mengembun dan akhirnya jatuh ke daratan atau laut sebagai air hujan. Air hujan yang jatuh ke daratan sebagian akan diserap tanaman, sebagian lainnya menguap kembali ke atmosfer, selebihnya mengalir di permukaan tanah lalu masuk ke sungai dan mengalir menuju ke laut, dan lainnya meresap ke dalam tanah. Hujan secara alami bersifat asam dengan pH sedikit di bawah 6 dan karbondioksida (CO2 ) di udara terbawa dan larut dalam air hujan membentuk asam lemah. Jenis asam ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Air hujan dengan pH < 5,6 didefinisikan sebagai hujan asam. Hujan asam dapat disebabkan oleh proses alam, misalnya emisi gas gunung api dan aktivitas manusia. Dalam tulisan akan dibahas hujan asam akibat aktivitas manusia. Umumnya hujan asam yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan pabrik pengolahan pupuk untuk pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan jatuh ke bumi.

HASIL ANALISIS
Bethy C. Matahelumual mengemukakan hasil analisis fisika-kimia percontoh air hujan yang berasal dari 8 (delapan) penakar hujan sejak bulan Desember 2008 sampai dengan Juli 2009, kandungan unsur-unsur kesadahan, besi, mangan, natrium, klorida, sulfat, nitrit, nitrat, dan zat padat terlarut dari percontoh air hujan pada umumnya adalah rendah, dan kadarnya lebih kecil dari standar air minum yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI melalui Surat Keputusan No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Unsur kekeruhan, warna, dan amonium mempunyai kadar tinggi di beberapa lokasi penakar hujan, sedangkan nilai pH rendah terjadi pada bulan Desember 2009 dan April 2010. Percontoh air hujan pada Februari 2009 yang diambil di Kantor Pusat Lingkungan Geologi (PLG) terlihat mempunyai kekeruhan sedikit di atas batas maksimum yang diizinkan yaitu 9,0 NTU. Ketentuan Menteri Kesehatan RI melalui Surat Keputusan No. 907/MENKES/ SK/VII/2002, menetapkan kadar maksimum untuk kekeruhan adalah 5,0 NTU. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang diukur berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap atau dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan pada air permukaan berasal dari erosi bahan-bahan yang terlarut, seperti lempung (lumpur), pasir halus, atau plankton dan mikroorganisma lainnya. Menurut informasi Badan Meteorologi dan Geofisika, Laboratorium Kualitas Udara telah menganalisa kandungan kimia contoh air hujan khususnya nilai pH yang telah masuk dari beberapa stasiun pengamatan di seluruh Indonesia, sejak bulan Januari sampai dengan April 2009 menunjukkan tingkat keasaman yang umumnya tinggi yaitu pH 5,6. Tingkat keasaman paling tinggi tercatat di Stasiun BMG Pusat dan Stasiun Bandung yakni pH 4,72. Hasil pencatatan BMG menunjukkan bahwa kondisi atmosfir di Indonesia dapat menyebabkan terjadinya hujan asam di seluruh Indonesia.

DAMPAK HUJAN ASAM
Hujan asam berdampak terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekosistem akuatik dan material. Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek jangka pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka panjang karena menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung karena terexposed pada logam berat seperti alumunium dan logam berat lain yang terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi logam berat melalui rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1) 148 air yang terbuat dari timbal atau tembaga.
Dampak terhadap hutan dan pertanian sebagian karena pH tanah turun. Penurunan pH tanah dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk menetralisir asam tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat yang dapat menetralisir asam, misalnya, kalsium karbonat (CaCO3 ) dan humus. Jika ada kalsium karbonat ion H+ bereaksi dengan zat itu dan diubah menjadi air, karbonat dan CO2. Proses terjadinya kerusakan dapat dikelompokan menjadi enam, yaitu (1) stres umum, (2) penurunan pH tanah- keracunan aluminium, (3) peracunan oleh SO2, (4) kekurangan magnesium, (5) kelebihan hara atau nitrogen dan (6) zat organik pengatur tumbuh.

PENGENDALIAN HUJAN ASAM
Mengendalikan hujan asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terjadinya zat pencemar pada waktu pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energy.

KESIMPULAN
Penutup Pembakaran bahan bakar, terutama bahan bakar fosil ( BBF ) mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat. Asam itu dapat dideposisikan dalam bentuk hujan pada hutan, tanaman pertanian, danau, dan gedung sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian organisme hidup. Asam juga dicurigai mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan. bahan bakar sebelum dibakar,dan pilihan yang paling baik adalah mengikat dan mengubah zat pencemar dari gas pembuangan yang berasal dari menggunakan bahan bakar yang. Untuk mengurangi kerugian itu, perlu dilakukan usaha untuk mengurangi pencemaran udara dengan mempunyai kadar belerang rendah, mengurangi kadar belerang dalam pembakaran BBF dengan menghemat energi, seperti pengembangan transportasi masal umum.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Atep dan Kholil Muhammad (2017), Kimia, Industri, dan Teknologi Hijau, Jakarta, Pantona Media.
Yatim, Erni M (2007), Dampak Dan Pengendalian Hujan Asam Di Indonesia, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=261632&val=7056&title=DAMPAK%20DAN%20PENGENDALIAN%20HUJAN%20ASAM%20DI%20INDONESIA (diunduh pada tanggal 27 Januari 2018).
Katulistiyani, Rika dan Ihwan, Andi (2014), Analisis Terjadinya Hujan Asam Di Kota Pontianak Akibat Emisi Gas Dari Industri Dan Kendaraan, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=296613&val=2317&title=Analisis%20Terjadinya%20Hujan%20Asam%20di%20Kota%20Pontianak%20Akibat%20Emisi%20Gas%20Dari%20Industri%20dan%20Kendaraan (Diunduh pada tanggal 27 Januari 2018).
Matahelumual, Bethy C (2010), Potensi terjadinya hujan asam di Kota Bandung, http://www.bgl.esdm.go.id/publication/kcfinder/files/article/jlbg20100201.pdf (diunduh pada tanggal 27 Januari 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.