Laman

Sabtu, 07 Oktober 2017

Pencemaran Air di Maluku Utara

Oleh : Fateh Halmar
Pulau Morotai terletak di ujung Utara Kabupaten Halmahera Utara dan merupakan bagian dari Provinsi Maluku Utara dengan posisi 3º 90' LU-2º 10' LS-123º 15' BT. Luas provinsi Maluku Utara yang beribukota di Sofifi adalah sekitar 53.836 km2 , dengan jumlah penduduk 1.282.439 jiwa. Provinsi ini memiliki perairan laut yang relatif luas dengan sumberdaya perikanan yang relatif besar. Sumber daya perikanan di perairan Maluku Utara cukup potensial.

Populasi ikan yang tersedia (standing stock) diperkirakan sebanyak 268.382,5 ton per tahun. Sementara batas potensi lestari (maximum sustainable yield, MSY) sebanyak 134.191,3 ton per tahun. Data Dinas Perikanan Maluku Utara tahun 1995 menyebutkan jumlah ikan yang berhasil dieksploitasi mencapai 41.631 ton atau baru 30,8% dari MSY. Jenis ikan yang masih menjadi primadona sampai sekarang adalah tuna dan cakalang.. Perairan ini memiliki panorama pantai dan alam laut yang indah, serta kaya akan sumberdaya perikanan, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi wisata bahari, budidaya, dan industri perikanan.
 Untuk pengembangan tersebut diperlukan data dasar kelautan, salah satunya adalah logam berat. Logam berat secara alami terdapat di alam namun dalam kadar yang rendah, dan dibutuhkan oleh organisme perairan, namun dalam kadar tinggi yang melebih nilai ambang batas dapat bersifat racun (Rainbow, 2007).

Masuknya logam berat tersebut ke perairan dapat menyebabkan kontaminasi. Qin et al., (2006) melaporkan adanya kontaminasi logam berat pada perairan pantai dan estuari di Teluk Bohai Tianjin China akibat berbagai kegiatan di darat dan di perairan laut.

Logam berat juga dapat berasal dari aktivitas industri, pertanian, perkotaan dan pertambangan (Duruibe et al., 2007). Logam berat yang terakumulasi di perairan dapat menginfeksi manusia melalui konsumsi airatau ikan (Govind et al., 2014). Data tentang Perairan Morotai masih sangat sedikit, Edward (2008, 2011) pernah melaporkan tentang kualitas air laut di perairan ini, kemudian Anonymous (2009) juga pernah melaporkan mengenai master plan pengembangan budaya rumput laut, dan Ahmad (2013, 2014) mengenai plankton dan mangrove, namun belum ada yang membahas mengenai tingkat pencemaran logam berat dalam sedimen


Kadar rerata Zn>Cu>Ni>Pb>Cr>Cd, data ini menunjukkan sedimen lebih banyak mengakumulasi Zn dibandingkan dengan yang lain. Kadar Pb, Cd, Cu, Zn, Ni, dan Cr masih berada dibawah kadar rerata yang ada di alam. Berdasarkan nilai faktor kontaminasi (CF), indeks geoakumulasi (I_geo) dan PLI, sedimen di perairan Morotai ini termasuk kategori terkontaminasi.

Daftar Pustaka
1. Ahmad, F. 2013. Sebaran dan komposisi jenis fitoplankton di perairan Morotai, Halmahera Utara. Makalah: Seminar Nasional ke-22 Perhimpunan Biologi Indonesia. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto. 12 hal.

2. Ahmad, F. 2014. Jenis-jenis bakau di Daruba dan Wayabula, Pulau Morotai, Maluku Utara (Mangrove Species in Daruba and Wayabula, Morotai Island, North of Moluuca. Berita Biologi, 13(3):255-262

3. Anonymous. 2009. Penyusunan master plan pengembangan rumput laut kawasan terpadu mandiri Pulau Morotai. Laporan Akhir: Kerjasama: Bappeda Provinsi Maluku Utara dengan Pusat Studi Lingkungan Khairun. 101 hal

4. Duruibe, O.J, M.O.C. Ogwuegbu, J.N. Egwurugwu. 2007. Heavy metal pollution and human biotoxic effects. International Journal of Physical Sciences, 2(5):112-118.

5. Edward. 2008. Kualitas air laut di perairan Pulau Morotai, Maluku Utara. Makalah: Seminar Nasional Peran Iptek dalam Pengembangan Kelautan dan Perikanan Dalam Rangka Purnabakti Prof. Dr. Ir. Bonar P Pasaribu. IPB International Convention Center, Bogor Oktober 2008. 11 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.