Laman

Sabtu, 18 Februari 2017

EKONOMI HIJAU



    A.    Pengertian Ekonomi Hijau
Ekonomi Hijau adalah sebuah rezim ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, yang sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan.

Menurut Surna Tjahja Djajadiningrat dkk (2011) Ekonomi hijau adalah suatu paradigma pembangunan yang didasarkan kepada efisiensi pemanfaatan sumber daya (resources efficiency), pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan (sustainable consumption and production pattern) serta internalisasi biaya-biaya lingkungan dan sosial (internalization the externalities).

        Ekonomi Hiju juga berarti perekonomian yang rendah karbon atau tidak menghasilkan emisi dan    polusi lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial.Sedangkan ekonomi hijau ekologis merupakan sebuah model pembangunan ekonomi yang berlandaskan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan ekonomi ekologis. Ciri ekonomi hijau yang paling membedakan dari rezim ekonomi lainnya adalah penilaian langsung kepada modal alami dan jasa ekologis sebagai nilai ekonomi dan akuntansi biaya di mana biaya yang diwujudkan ke masyarakat dapat ditelusuri kembali dan dihitung sebagai kewajiban, kesatuan yang tidak membahayakan atau mengabaikan aset. Untuk tinjauan umum tentang kebijakan pembangunan lingkungan internasional yang menuju ke laporan Ekonomi Hijau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP).
Ekonomi hijau hanya bisa dipraktikkan atas dasar sejumlah kesadaran. Pertama ialah kesadaran bahwa kerusakan lingkungan sudah semakin parah dan membutuhkan rehabilitasi sekarang juga. Berdasarkan hitung-hitungan Ekonom Inggris Sir Nicholas Stern, jika dunia memperbaiki kerusakan lingkungan sekarang, uang yang dibutuhkan hanya 1% dari produk domestik bruto global. Namun, jika ditunda, dunia harus membayar 20% dari PDB global. Kedua ialah kesadaran bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Dalam laporannya baru-baru ini, PBB menunjukkan betapa pengurangan emisi bisa memacu pertumbuhan ekonomi. Bisa diambil contoh Eropa dan Asia Tengah yang memiliki penurunan emisi tertinggi yakni 28% pada periode tahun 1990-2008 dan dalam periode yang sama, PDB di kedua wilayah naik 22%. PBB menilai kesuksesan itu merupakan hasil dari perubahan harga energi, termasuk bensin bersubsidi. Penaikan harga telah mendorong penghematan energi. PBB juga meyakini kebijakan ekonomi hijau berpengaruh pada pengurangan angka kemiskinan di Pan-Eropa. PBB mencatat, sejak 1990, 90 juta orang atau 18% dari total populasi di sana telah keluar dari garis kemiskinan. Lalu, negara manakah yang paling merusak lingkungan? Dalam laporannya baru-baru ini, Universitas Adelaide, Australia, menyebut Brasil, Amerika Serikat, China dan Indonesia sebagai negara pemberi kontribusi terbesar pada kerusakan lingkungan. Kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di KTT Bumi di Rio de Janiero, Brasil, 20-22 Juni 2012, supaya Indonesia tidak dianggap ikut-ikutan Ekonomi Hijau sebagai jargon belaka, presiden harus menjadikan pertemuan itu sebagai momentum untuk meningkatkan kepedulian negara pada lingkungan. Sebab, rakyat tidak mau Indonesia disebut sebagai negara pemberi kontribusi terbesar pada kerusakan lingkungan. Rakyat juga ingin kehidupan ekonominya bertambah sejahtera karena negara peduli pada lingkungan. (dari berbagai sumber)

Lalu timbul pertanyaan, Apakah kontribusi perusahaan anda dalam mendukung “Ekomoni Hijau” ?

      Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi CO2 negara sebesar 26 persen pada tahun 2020, yang menggambarkan komitmen penurunan terbesar oleh negara berkembang (Bank Dunia, 2009). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan kebijakan pembangunan ekonomi yang mendorong pemakaian sumber daya alam dan lingkungan yang ramah lingkungan serta pembangunan yang juga mendorong pengalihan penggunaan sumber daya alam dan teknologi yang rendah emisi. Konsep atau paradigm Ekonomi Hijau muncul sebagai manifesto konsep pembangunan berkelanjutan, dimana ia akan mengikat pembangunan agar berbasis efisiensi penggunaan sumber daya, pola konsumsi dan produksi berkelanjutan, dengan memasukan biaya lingkungan dan social. Pemanfaataan dan eksploitasi sumberdaya alam yang tidak diimbangi oleh upaya konservasi yang mengatasnamakan kesejahteraan hidup manusia tampaknya mulai menampilkan dampak negatif terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. Hal ini tidak hanya mengancam keberlangsungan lingkungan alam, tetapi juga keberlangsungan manusia itu sendiri. Isu pemanasan global dan perubahan iklim hanyalan sebagian dari sekian banyak isu lingkungan yang demikian pelik untuk diperhatikan yang tidak hanya bersifat lokal tetapi global. Membantu pengurangan emisi CO2 dan pemanasan global adalah yang paling mudah dilakukan melalui kegiatan CSR Lingkungan. CSR merupakan wujud komitmen atas pembangunan berkelanjutan oleh dunia usaha untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan ekonomi hijau, guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi portfolio perusahaan itu sendiri, komunitas lokal, maupun masyarakat pada umumnya. Potensi dan peluang partisipasi sektor swasta dan dunia usaha salah satunya dalam konteks perwujudan kota hijau melalui skema CSR sesungguhnya sangat terbuka menurut Menteri PU, Djoko Kirmanto dengan bentuk yang beragam dari yang sederhana hingga lebih komplek, seperti penyedian bibit tanaman dan pendampingan kegiatan komunitas hijau. Sementara untuk bentuk yang lebih komplek, antara lain pihak swasta bisa membantu pembangunan dan pemeliharaan kebun pembibitan dan taman atau hutan kota, serta penyedian fasilitas sepeda atau transportasi non motorik, pembangunan halte dan koridor hijau untuk jalur sepeda . Apapun bentuk partisipasi CSR maka sisi inovatif-kreatif, konsisten dan partisipasi sangat dibutuhkan. Dalam konteks pengembangan pembangunan kota hijau, keterlibatan aktif perusahaan merupakan salah satu bentuk perluasan cakupan program, baik dari sisi pelaku, pembiayaan, maupun jumlah kota-kota yang difasilitasi.
      B.    Penerapan Ekonomi Hijau
Ekonomi Hijau memang belum terlalu populer di Indonesia tetapi ini bukanlah hambatan untuk menerapkan konsep Ekonomi Hijau di Indonesia. Ekonomi Hijau secepatnya harus diterapkan oleh Indonesia sebagai bentuk nyata bahwa Indonesia tidak sekedar ‘omong belaka’ dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.Salah satu wujud Indonesia ikut menerapkan konsep Ekonomi Hijau adalah dengan berkomitmen pada tahun 2020 akan menurunkan emisi GRK (20%) dan sebesar 41% dengan bantuan berbagai pihak internasional. Dengan komitmen tersebut diharapkan pembangunan dengan konsep ekonomi hijau ini dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yaitu pembangunan merata di bidang ekonomi dan sosial, dan pembangunan tanpa mengabaikan aspek perlindungan lingkungan.

Selain komitmen di atas, Indonesia juga menerapkan suatu program yang dapat dijadikan sebagai penghubung antara penerapan Ekonomi Hijau dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang rendah karbon. Program ini bernama REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Degradation), program inipun dapat diterapkan pada setiap proyek pembangunan.
Penerapan Ekonomi Hijau merupakan tantangan bagi pemerintah Indonesia serta para pelaku bisnis di Indonesia. Pembangunan ekonomi yang adil yaitu pembangunan yang meningkatkan kesejahteraan hidup manusia tanpa harus mengurangi aset ekologi dan juga tanpa merusak kelestarian lingkungan. Ekonomi Hijau kelak akan semakin populer dan tidak hanya sekedar menjadi plihan solusi pelestarian lingkungan tetapi menjadi keharusan yang harus dilakukan oleh Indonesia untuk mewujudkan pembangunan yang pro-poor, pro-job, pro-growth dan pro-environment.Dalam penerapan Ekonomi Hijau peran semua pihak baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat sangat diperlukan demi kesuksesan Ekonomi Hijau.
Menurut UNEP pada paper Green Economy Brief 2009, beberapa negara yang telah merespon krisis finansial dengan ekonomi hijau yaitu dengan investasi pada infrastruktur hijau, mengurangi emisi karbon misalnya:
1.Cina mengalokasikan 12% dari US$ 586 milyar paket stimulusnya untuk energi efisiensi, peningkatan kualitas lingkungan, meningkatkan 2 kali lipat pendanaan untuk pembangunan transportasi perkereta apian (low carbon emission),  pembangunan jaringan listrik baru sebesar US$ 70 milyar.
2.Jerman telah melakukan pembangunan ekonomi hijau  dengan meningkatkan   pendanaan yang tersedia sebesar US$ 3,78 milyar untuk membiayai renovasi untuk bangunan agar menjadi bangunan hijau, mempercepat investasi pada transportasi dan mensubsidi pengembangan pembangunan per-keretaapi-an, pengelolaan air, mengurangi pajak untuk bangunan hijau dan memberikan keringanan pajak keuntungan untuk kendaraan yang ramah lingkungan.
3.Republik Korea Selatan telah menetapkan “Green New Deal”, dimana pemerintah akan menginvestasikan US$ 38 milyar untuk 4 tahun mendatang untuk “perencanaan pertumbuhan hijau” yang terdiri dari 36 proyek besar yang terdiri dari program pemulihan 4 daerah aliran sungai yang utama, membuat jalan sepeda, meningkatkan sampai 68000 kendaraan yang ramah lingkungan, dan mengganti sebanyak 20% lampu-lampu untuk fasilitas umum menjadi lampu hemat energi dan lain sebagainya.
4.Dan menurut Hillary Clinton, pada pembukaan pertemuan pertama persiapan Major Economies Forum bulan April 2009 yang lalu mengatakan bahwa dari dana rencana recovering sebesar US$ 80 milyar digunakan untuk program renewable energi dan energi efisiensi yang diyakini keluar dari krisis menjadi green recovery.
5.Selain itu beberapa negara berkembang seperti Bangladesh, Srilanka juga melakukan berbagai aktifitas untuk low carbon emission, energi effisiensi serta kebijakan fiskal memungut pajak lingkungan yang digunakan sepenuhnya untuk perbaikan lingkungan.
       C.    Pembangunan Ekonomi Hijau
Pemanasan global sudah mengancam kehidupan manusia. Bencana ekologis yang semakin tidak terkendali, perubahan musim tanam, hingga penyebaran hama penyakit yang semakin sulit terkendali adalah dampak perubahan iklim yang kini mulai akrab dengan kehidupan kita. Alih fungsi hutan menjadi penyumbang terjadinya emisi karbon sebagai penyebab pemanasan global.
 Alih fungsilahan yang dilakukan dengan dalih untuk pengembangan ekonomi, belakangan sudah terlihat bahwa model yang dikembangkan turut serta mencipkakan pembangunan yang mengancam keberlangsung kehidupan masa depan. Untuk itu dibutuhkan perubahan paradigma dalam mengelola sumberdaya alam sehingga mampu mendukung kehidupan kini dan menjamin keberlangsungan kehidupan masa depan. Secara Nasional, Presiden SBY sudah mencanangkan pembangunan rendah emisi yang dikenal dengan green economy.
 Green Economy atau ekonomi hijau merupakan pola pengembangan  ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, yang sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan. Ekonomi hujau juga bisa diartikan sebagai pengembangan perekonomian yang rendah karbon atau tidak menghasilkan emisi dan polusi lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial.
 Konsep ekonomi hijau ini, menjadi salah satu peluang untuk membalikkan keadaan. Dimana dengan pola hidup masyarakat modern yang saat ini berlangsung, terlihat bahwa pembangunan yang dilakukan sangat eksploitatif terhadap sumber daya alam dan mengancam kehidupan. Kita bisa melihat Pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan produksi memang membuahkan perbaikan ekonomi, tetapi gagal di bidang sosial dan lingkungan. Sebut saja, meningkatnya emisi gas rumah kaca, berkurangnya areal hutan serta musnahnya berbagai spesies dan keanekaragaman hayati, munculnya bencana ekologi dan kemudian menyumbang terjadinya pemanasan global.  Di sosial, terlihat ketimpangan sosial dalam kehidupan masyarakat.
 Dengan konsep ekonomi hijau diharapkan menjadi jalan keluar terhadap permasalahan ini. Ekonomi hijau diharapkan menjadi jembatan antara pertumbuhan pembangunan, keadilan sosial serta ramah lingkungan dan hemat sumber daya alam. Tentunya konsep ekonomi hijau baru akan membuahkan hasil jika kita mau mengubah perilaku hidup. Di level kebijakan dibutuhkan pencetusan kebijakan yang pintar dan investasi yang tepat agar tiap negara mampu melindungi lingkungan mereka, meningkatkan ekonomi, dan meningkatkan status sosial masyarakatnya.  Pertanyaannya,  apakah pola pembangunan yang kini sedang dikembangkan sudah mengarah ke green economy?? (sukmareni/dari berbagai sumber).
Pembangunan ekonomi sangatlah bergantung pada perkembangan tingkat produksi yang mampu membuahkan perbaikan ekonomi, hanya saja gagal pada sosial serta lingkungan, dapat dicontohkan semakin tinggi tingkat emisi gas efek rumah kaca, gundulnya hutan-hutan yang menjadikan hilangnya habitat aneka spesies didalamnya. Selain itu juga terjadinya ketimpangan antara golongan negara kaya dengan negara miskin. Jadi, konsep ekonomi hijau ini sangatlah diharapkan untuk menjadi jembatan pertumbuhan pembangunan, keadilan sosial serta tidak mengganggu lingkungan serta menghemat pemakaian sumber daya alam. Semua tentu memerlukan usaha untuk merubah perilaku mka akan membuahkan hasil yang diinginkan. Namun pada saat peraturan Green Economy dilaksanakan di lapangan, akan terjadi perselisihan antar pelaku ekonomi. Tentunya ini mengakibatkan Green Economy menjadi rumit dan sulit dikerjakan tanpa adanya kesiapan antara pelaku ekonomi. maka, tentu sangat berperan penting dalam pembangunan berkelanjutan sangatlah dibutuhkan untuk dilaksanakan.
Green Economy juga memiliki konsep penghitungan GDP sendiri yakni Green GDP, dikarenakan cara penghitungan yang berbeda dengan penghitungan GDP biasa atau GDP konvensional, dimana pada Green GDP sumbangan sumber daya alam terhadap pembangunan dan biaya-biaya yang disebabkan oleh adanya polusi dan degradasi lingkungan, dimasukkan dalam perhitungan. Dari segi metode perhitungan metode perhitungan Green GDP  secara teori dibagi menjadi 3 jenis:
1.       PDB hijau diperhitungan dengan deplesi lingkungan.
2.       PDB hijau berdasarkan degradasi lingkungan.
3.       PDB hijau diukur berdasarkan pengeluaran untuk perlindungan lingkungan.
      Konsep dari Green GDP sangat bagus untuk diterapkan, tetapi masih jarang dapat dilakukan karena keterbatasan merubah kerugian yang ditimbulkan ke dalam satuan hitung moneter. Konsep ekonomi hijau melengkapi konsep pembangunan berkelanjutan. Prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan adalah “ memenuhi kebutuhan sekarang tanpa harus mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi di masa depan ” . Sehingga dapat dikatakan bahwa ekonomi hijau adalah motor utama pembangunan berkelanjutan.Kerusakan lingkungan terutama pada sumber daya alam dan juga kekayaan lingkungan menjadi hal menakutkan bagi seluruh umat manusia di dunia. Bagaimana tidak, jika kerusakan lingkungan yang semakin bertambah buruk setiap tahunnya tidak segera ditangani, maka yang terjadi adalah kerusakan bumi yang parah. Tak ayal lagi banyak yang menyebutnya sebagai kiamat lingkungan atau berakhirnya fungsi lingkungan yang bermanfaat bagi manusia. Sungguh mengerikan untuk dibayangkan.Selain kerusakan lingkungan yang berupa sumber daya, kerusakan lingkungan seperti efek rumah kaca juga semakin meningkat. Hal ini menyebabkan bumi menjadi tempat yang tidak lagi nyaman untuk ditinggali baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Oleh karenanya perlu adanya penanganan yang serius dan menyeluruh yang tentunya melibatkan seluruh umat manusia di dunia.
      Salah satu wujud upaya penanggulangan kerusakan lingkungan yang lebih parah, PBB pada tahun 2011 mencetuskan sebuah ide yang dijuluki green economy atau ekonomi hijau. Ekonomi hijau adalah sebuah upaya penyelamatan lingkungan yang melibatkan seluruh negara di dunia yang tergabung dalam organisasi PBB. Ekonomi hijau diterapkan dengan cara penghematan sumber energi seperti listrik, panas, dan sebagainya. Ekonomi hijau memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan hidup manusia.Penghematan sumber energi dan pelestarian lingkungan yang menjadi prinsip dari gerakan ekonomi hijau memberikan efek yang signifikan terhadap keselamatan lingkungan itu sendiri. Manusia tidak sepatutnya hanya mampu mengeksploitasi lingkungan saja, namun juga harus memiliki usaha untuk melestarikan dan menyelamatkan lingkungan tempat hidupnya untuk kelestarian bumi selanjutnya.
Solusi untuk berbagai permasalahan pelaksaan Green Economy yakni diantaranya  mendifinisikan kembali hak dan kewajiban masyarakat, memperbaiki pembangunan pola gaya hidup manusia, pengelolaan energi dan sumber daya alam, kegiatan riset dan pengembangan yang fokus dan berkesinambungan, regulasi dan kebijakan yang efektif dan konsisten, pemerintahan yang bersih, memberdayakan UKM dan kewirausahaan sosial.
Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.