PENDAHULUAN
Saat ini
kondisi limbah b3 khusunya sangat
mengawatirkan Karena berdampak bagi lingkungan maupun kesehatan. Berkembangnya industri
baja dan meningkatnya
pemakaian produk samping industri ini
dapat membawa dampak
negative terhadap pencemaran lingkungan, sebab industry baja ini
berpotensi menghasilkan limbah yang
dapat dikategorikan sebagai
limbah B3. Limbah yang termasuk
limbah B3 antara
lain adalah bahan
baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi Karena
rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses,
dan oli bekas
kapal yang memerlukan penanganan
dan pengolahan khusus.
Bahan bahan ini termasuk
limbah B3 bila
memiliki salah satu
atau lebih
karakteristik berikut:
mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat
reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain
TUJUAN
Tujuan pengelolaan
limbah B3 pada
industri besi/baja dan logam
adalah untuk mengetahui
sejauh mana
limbah yang dihasilkan dari
proses produksi baja
masuk dalam katagori B3 dengan;
a.Menginventarisasi
limbah di Industri B3
b.Mengidentifikasi
limbah dan limbah B3
c.Mengkarakterisasi
limbah B3
d.Mengevaluasi pengelolaan
limbah B3
MANFAAT
Manfaat sendiri
bisa dibilang bermanfaat bagi semua orang terutama bagi pihak pengelolah
sendiri, dan lingkungan maupun kesehatan, nah manfaat ini lah yang akan di
tingkatan bagi pengelola maupun lingkungan sekitar.
PENANGANAN LIMBAH B3
Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau
dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan manusia
dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus
dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik,
biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya
racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang
khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan
limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut
1. Metode
pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3
dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan
limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/
solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik
dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi
tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau
penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat
digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2),
dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk
memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan
pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup
berkembang saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi.
Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk
mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan
tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah.
Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3
dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau
Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan
Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu,
karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa
senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
2. Metode
Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/
Sumur Injeksi (deep well injection)
Salah
satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara
memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah
lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah
B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah
maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau
korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.
b. Kolam penyimpanan
(surface impoundments)
limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang
dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat
mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan
terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan
karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran
lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.
c. Landfill untuk
limbah B3 (secure landfils)
limbah
B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode
pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong,
kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran
limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap
untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika
diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif.
Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi
tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi
jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
ANALISIS
Analisi kali ini bertujuaan untuk mengkoreksi
dampak,pengaruh maupun manfaat yang dilakukan dalam pengelolahan limbah B3,
dalam hal ini berkaitan dengan semua proses di atas, apakah semua sudah
memenuhi proses pengelolahan ataupun tidak, bermanfaat bagi lingkungan
sekitar,kesehatan maupun menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.