Laman

Kamis, 01 Desember 2016

Pencemaran di Jogyakarta


Pembangunan hotel dan mal yang semakin marak dalam beberapa tahun terakhir di Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata membawa dampak buruk bagi lingkungan. Dalam diskusi Jogja Sold Out di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gajah Mada, Rabu, (22/04/2015), warga Miliran, Kota Yogyakarta, Dodok Putra Bangsa mencontohkan sejak pendirian Fave Hotel, sumur warga Miliran mengering.
“Sumur-sumur warga mengalami kekeringan sejak muncul hotel tersebut. Kami jadi korban pembangunan Fave Hotel. Sejak beroperasi 2012 silam sumur warga jadi kering. Padahal sejak saya hidup disini dan kecil sumur tidak pernah kering meski musim kemarau,” kata aktivis gerakan Jogja Asat itu.
Setelah protes mereka tidak direspon manajemen hotel Fave, Dodo dan warga Miliran menyambangi pemerintah Kota Yogyakarta untuk meminta dilakukan pengawasan penggunaan sumur dalam Fave Hotel.
“Ironisnya pemerintah Kota Yogyakarta melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) malah beragumen membenarkan operasional hotel karena dinilai sudah tepat mengambil sumber air dalam yag tidak akan menganggu air sumber air dangkal masyarakat. Padahal jelas-jelas sumur warga terdampak menjadi kering,” tambahnya.
Dodok mengajak masyarakat dan kaum muda bersama-sama memperjuangkan kepentingan rakyat yang telah kehilangan kebutuhan dasar yakni air. Salah satunya dengan melakukan riset terkait dokumen Amdal pembangunan hotel dan mal di Yogyakarta.
“Saya takut Jogja nantinya benar-benar kering. Jadi ayo siapa yang mau membantu melakukan riset Amdal dan IMB mal dan hotel di Yogyakarta,” ajaknya.
Sementara itu, aktivis lingkungan RM. Aji Kusumo menilai bahwa pembangunan hotel maupun mal lebih banyak memunculkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar. “Pembangunan hotel dam mal dengan modal investor tidak menguntungkan warga karena keuntungan hanya masuk ke kantong mereka sendiri (investor),” kata Aji.
Meski merugikan masyarakat, pembangunan gedung komersil tetap berjalan karena ada dukungan dari aparat kepolisian. Bahkan tidak jarang mendapat dukungan ilmiah dari kalangan akademisi yang luput dari fokus pembangunan yang berkeadilan.
Pembangunan dan aktivitas manusia di Kota Jogja yang semakin padat berdampak pada risiko pencemaran timah dalam tanah.
Dosen Departemen Geologi Universitas Yangon Myanmar, Saw Aung Zaw Aye dalam ujian terbuka program doktor di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan pentingnya pengawasan terhadap area perkotaan yang berpotensi terkontaminasi. Kesadaran mengenai kesehatan masyarakat terkait bahaya timah juga diperlukan, mengingat jalur paparan dan penilaian risiko polutan, juga harus diperhatikan.
Ia memberikan masukan, agar ada manajemen dari area urban yang telah terkontaminasi, dilihat berdasarkan tipe penggunaan tanah. Selain itu diperlukan edukasi publik untuk mengurangi sumber kontaminasi dengan pengelolaan limbah yang layak, daur ulang, serta penggunaan ulang material harus dipraktekkan di area urban yang tua. Manajemen yang efektif perlu dirancang untuk area urban yang relatif muda demi pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam penelitian tersebut Saw Aung Zaw Aye menerangkan, kontaminasi timah sesungguhnya dapat diturunkan dari sumber natural atau sumber antropogenik. Peneliti sebelum dirinya, telah menjelaskan mengenai kemungkinan kontaminasi timah di permukaan tanah yang disebabkan oleh hasil pembakaran bahan bakar dari kendaraan bermotor.
Selain itu, ia juga mengumpulkan sampel dari beberapa lokasi seperti area sekitar Gunung Merapi sebagai area alami, Pakem sebagai area pertanian, serta wilayah perkotaan sebagai area urban.
Dari sana diketahui, kontaminasi timah di area perkotaan dan Pakem disebabkan oleh sumber antropogenik, sementara di Merapi kontaminasi lebih disebabkan oleh sumber natural, yaitu sebagai akibat dari aktivitas vulkanis.

Daftar Pustaka :
-Aprindo, Tommy. 2015. Pembangunan Hotel Dan Mal di Yogyakarta Merusak Lingkungan. Mengapa?
-Febriani, Uli. 2016. Konsentrasi timah dijogja tinggi, apa yang harus dilakukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.