Laman

Rabu, 30 November 2016

pencemaran air sungai di surabaya yang tak kunjung usai


Pencemaran air sungai di Surabaya yang tak kunjung usai
Pencemaran lingkungan banyak sekali terjadi di wilayah indonesia, salah satunya yaitu daerah surabaya. Pencemaran banyak terjadi akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, salah satunya membuang sampah ke sungai yang membuat air sungai menjadi kotor keruh dan tidak sehat atau tidak layak untuk digunakan.
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.

Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua setelah kota Jakarta. Menurut data yang diambil oleh Dispendukcapil Surabaya pada tahun 2013, jumlah penduduk di Surabaya mencapai 3.153.298 Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Surabaya yang tinggi menimbulkan berbagai macam permasalahan yang sampai saat ini masih menjadi pusat perhatian. Permasalahan tersebut meliputi masalah kemacetan, kependudukan, kesehatan, kebersihan lingkungan hidup, pencemaran, dan lain sebagainya. Permasalahan yang saat ini sedang menjadi sorotan utama dan sedang diupayakan penyelesaiannya adalah masalah pencemaran dan kebersihan lingkungan hidup. Pencemaran yang terjadi di Surabaya bisa dibilang cukup tinggi. Pencemaran yang timbul didominasi oleh banyaknya sampah yang dihasilkan dan kurangnya kemampuan untuk mengatasi secara signifikan.Tingkat produksi sampah di Surabaya dari tahun ke tahun juga semakin meningkat. Berdasarkan catatan, volume sampah di Surabaya mengalami peningkatan. Beberapa tahun silam volume sampah kota mencapai sekitar 8.000 ton/hari dan sekarang naik menjadi sekitar 11.000 ton/hari. Hal tersebut diperparah dengan semakin sempitnya lahan untuk menimbun sampah sehingga menyebabkan beberapa sampah ditimbun di dekat pemukiman warga, sungai ataupun fasilitas publik. Hal tersebut tentu sangat merugikan masyarakat sekitaryang tinggal di dekat tempat penimbunan sampah. Ditambah lagi apabila sampah ditimbun di sungai juga akan membuat pencemaran sungai dan memicu banjir. Sebagai contohnya adalah kondisi Kali Tengah yang saat ini sangat memprihatikan.Sungai sepanjang tujuh kilometer yang melintas di wilayah Gresik itu menjadi lokasi pembuangan limbah cair 66 perusahaan. Dengan warna coklat pekat, kini sungai yang bermuara di Kali Surabaya tersebut perlu perhatian serius agar pencemaran dapat dikendalikan karena mengingat Kali Tengah merupakan penyumbang limbah terbesar untuk Kali Surabaya.Kondisi tersebut tentu akan sangat membahayakan bagi masyarakat sekitar bila musim hujan tiba. Sungai yang awalnya sebagai tempat penimbun air hujan agar tidak langsung mengalir ke lingkungan masyarakat, kini akan meluap menjadi banjir karena ketidakmampuan sungai untuk menahan volume air hujan. Hal tersebut tentu akan sangat merugikan masyarakat setempat apalagi bila di dalam sungai tersebut mengandung limbah-limbah yang berbahaya yangmenyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu, kondisi Kali Tengah yang sangat memprihatinkan ini juga merusak ekosistem sungai.Selain kondisi Kali Tengah yang memprihatinkan, keadaan masyarakat di daerah Benowo yang tinggal dekat dengan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) juga tak kalah memprihatinkan.Volume sampah yang semakin meningkat masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo (Surabaya Barat) dari sebelumnya 88.000 m3 per hari kini menjadi sekitar 1.300 ton per hari. Hal tersebut tentu sangat memprihatinkan karena lahan yang tersisa semakin sedikit sedangkan produksi sampah per harinya semakin meningkat. Selain itu, tempat penimbunan sampah ini juga berdampak terhadap kenyamanan dan keindahan lingkungan setempat. Di sepanjang tempat penimbunan sampah tercium bau busuk yang menyengat serta keadaan lingkungan sekitar yang kumuh.


Rendahnya kualitas air Kali Surabaya sangat memprihatinkan. Tidak hanya kondisi lingkungan yang rusak, tapi juga besarnya ancaman kesehatan bagi masyarakat. Hal ini mengingat Kali Surabaya merupakan air baku untuk PDAM Surabaya yang melayani kebutuhan air bersih se-Surabaya.
Virus yang menjadi sumber penyakit seperti penyebab hepatitis infektif, juga ditemukan pada badan air Kali Surabaya. Selain itu terdapat juga hewan parasit antara lain cacing gelang (Ascaris) dan cacing pita. Keberadaan hewan-hewan parasit tersebut dalam badan air Kali Surabaya merupakan sumbangsih dari tinja yang dengan bebasnya langsung dibuang tanpa melalui septic tank. Kondisi tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal di sepanjang Bantaran Kali Surabaya.




Penyebab pencemaran airsungai DAS Brantas di Surabaya
Penggunaan air oleh manusia akanmenghasilkan limbah, apabila dibuanglangsung ke lingkungan akanmenyebabkan terjadinya pencemaran airsehingga dapat membahayakankehidupan manusia dan mahluk hiduplainnya, baik secara langsung maupuntidak langsung
Pencemaran air dapat berasal dariberbagi sumber pencemaran, antara lainberasal dari industri, limbah rumahtangga, limbah pertanian dan lainnya.

Selain itu, ada beragam tindakan lain selain tindakan preventif yang bisa kita lakukan. Berikut ini beberapa tindakan yang dapat kita lakukan oleh masyarakat sebagai Cara mengatasi pencemaran air , yaitu:

·                     Gunakan air dengan bijaksana. Kurangi penggunaan air untuk kegiatan yang kurang berguna dan gunakan dalam jumlah yang tepat.
·                     Kurangi penggunaan detergen. Sebisa mungkin pilihlah detergen yang ramah lingkungan dan dapat terurai di alam secara cepat.
·                     Kurangi konsumsi obat-obatan kimia berbahaya. Obat-obatan kimia yang berbahaya seperti pestisida, dan obat nyamuk cair merupakan salah satu penyebab rusaknya ekosistem air
·                     Tidak menggunakan sungai untuk mencuci mobil, truk, dan sepeda motor.
·                     Tidak menggunakan sungai untuk wahana memandikan hewan ternak dan sebagai tempat kakus.
·                     Jangan membuang sampah rumah tangga di sungai/danau. Kelola sampah rumah tangga dengan baik dan usahakan menanam pohon di pinggiran sungai/danau.
·                     Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar. 
·                     Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis yang bertujuan untuk meningkatkan konservasi air bawah tanah
·                     Menanggulangi kerusakan lahan bekas pembuangan limbah B3.




Daftar pustaka
Pertiwi,Shaly.2012.pencemaran di surabaya, http://www.kompasiana.com/shalygaluh72/pencemaran-di-surabaya-yang-tak-kunjung-usai_5528d7b6f17e613f0c8b45a5 (diakses, 29 november 2016)


Husaini, Hayattulloh.2015.pencemaran air di surabaya,http://www.academia.edu/9478275/PENCEMARAN_AIR_SUNGAI_DAS_BRANTAS_DI_SURABAYA ( diakses, 28 november 2016)


1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.