Laman

Kamis, 24 November 2016

Industri Baja

Industri baja, salah satu bagian dari industri logam dasar yang termasuk dalam industri hulu, merupakan salah satu industri strategis di Indonesia. Sektor ini memainkan peran utama dalam memasok bahan-bahan baku vital untuk pembangunan di berbagai bidang mulai dari penyedian infrastruktur (gedung, jalan, jembatan, jaringan listrik dan telekomunikasi), produksi barang modal (mesin pabrik dan material pendukung serta suku cadangnya), alat transportasi (kapal laut, kereta api beserta relnya dan otomotif), hingga persenjataan. Atas perannya yang sangat penting tersebut, keberadaan industri baja menjadi sangat strategis untuk kemakmuran suatu negara. Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan industri baja. Hal ini didasarkan pada data konsumsi baja per kapita Indonesia yang saat ini masih sangat rendah. Pada tahun 2013, konsumsi baja Indonesia baru mencapai 61,6 kg per kapita per tahun dan menempati urutan ke-6 diantara negara-negara ASEAN. Konsumsi per kapita industri baja suatu negara dihitung dari jumlah produksi baja kasar dibagi dengan jumlah penduduk negara tersebut.

Mengingat luasnya cakupan industri baja dari hulu sampai hilir, maka dalam pembuatan profil baja ini dibatasi hanya pada produk hulu yaitu pada industri Slab/Billet dan Hot Rolled Coil (HRC). Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), Industri tersebut termasuk dalam kode :
· KBLI 24101: Industri besi dan baja dasar (iron and steelmaking)
· KBLI 24102: Industri penggilingan baja (steel rolling)

II. Sumber Daya Alam pendukung Industri Baja Sumber Daya Alam (SDA) yang digunakan dalam industri baja adalah hasil tambang berupa pasir besi (iron sand) dan bijih besi (iron ore). Indonesia memiliki potensi sumber daya pasir besi dan bijih besi yang cukup besar dengan jumlah deposit berupa sumberdaya dan cadangan sekitar 5.110 juta ton. Secara nasional potensi sumber daya mineral tersebut cukup besar tetapi menyebar di beberapa daerah dengan jumlah yang terbatas. Potensi tersebut memiliki karakteristik yang beragam, baik dari segi kualitas maupun jenis mineral besi yang terkandung di dalamnya. Secara umum sumber daya untuk industri besi baja ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:

1. Biji besi primer atau biji besi magnetit-hematit, dengan deposit sebesar 881,8 juta ton yang tersebar di Lampung, Sumatera Barat, Jambi, Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Biji besi magnetit-hematit adalah biji besi dengan kadar yang sangat bervariasi dari 25%Fe-67%Fe
2. Biji besi laterit, dengan deposit sebesar 1.778,4 juta ton yang tersebar di Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku Utara dan Papua barat. Biji Besi laterit merupakan hasil pelapukan sehingga banyak didominasi oleh mineral-mineral guikt dan mengandung nikel. Kadar biji besi laterit juga bervariasi dapat juga ditingkatkan kadarnya dengan berbagai macam teknologi peningkatan kadar.

Proses Pembuatan Baja
Proses produksi Modern:
Produksi baja dapat dibagi menjadi enam langkah:

1. Iron Making : pada langkah pertama, mentah input bijih besi, kokas dan apur yang meleleh dalam blast furnace. Menghasilkan besi cair – juga disebut sebagai ‘logam panas’ – masih mengandung 4-4,5% karbon dan kotoran lainnya yang membuatnya rapuh.

2. Pembuatan Baja Primer : Metode pembuatan baja primer berbeda antara BOS dan metode EAF. Metode BOS menambahkan baja scrap daur ulang dengan besi cair dalam konverter. Pada suhu tinggi, oksigen ditiupkan melalui logam, yang mengurangi kadar karbon menjadi antara 0-1,5%. Metode EAF, alternatif, pakan daur ulang skrap baja melalui penggunaan daya tinggi busur listrik (suhu sampai 1650oC) untuk melelehkan logam dan mengubahnya menjadi baja berkualitas tinggi.

3. Pembuatan Baja Sekunder : Pembuatan baja sekunder melibatkan mengobati baja cair yang dihasilkan dari kedua BOS dan rute EAF untuk menyesuaikan komposisi baja. Hal ini dilakukan dengan menambahkan atau menghapus unsur-unsur tertentu dan / atau memanipulasi suhu dan produksi environment. Depending pada jenis baja yang dibutuhkan, poses pembuatan baja sekunder berikut dapat digunakan: pengadukan, tungku sendok, injeksi sendok, degassing dan CAS-OB (Komposisi Penyesuaian dengan Sealed argon menggelegak dengan Oksigen Hembusan).

Pencegahan Perkaratan Baja
Untuk mencegah perkarantan pada baja dapat dilakukan dengan barbagai cara, yaitu:
a. menambahkan logam lain.
b. menggunakan lapisan pelindung.
c. menggunakan logam yang dapat dikorbankan.
d. melindungi secara katodik.



Daftar pustaka
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2014, file:///C:/Users/Asus%20PC/Downloads/3.%20Profile%20Industri%20Baja%202014.pdf

Sastrakencana Fiksi. 26 february, 2011. http://bajabesi.blogspot.co.id/2011/02/bahan-baku-baja.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.