Laman

Selasa, 25 Juni 2013

Sumber Bahan Bakar Hayati Langsung dari Selulosa




Umat manusia saat ini sangat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang jumlahnya tidak bertambah melainkan terus berkurang dari waktu ke waktu. Ketergantungan ini sangatlah tidak baik karena jika kita terus sibuk menggunakan dan menghabiskan tanpa berfikir memperbaharui atau mencari alternatif maka kita akan tiba pada titik depresi bahan bakar, maka dari itu diperlukan banyak penelitian tentang energi alternatif guna mengganti bahan bakar fosil.
Para peneliti terus berfikir tentang energi alternatif, tapi saat ini etanol sangatlah diunggulkan dan terus dicari sumber etanol  terbaik dalam jumlah banyak dari hasil penguraian limbah. Ilmuwan di Amerika Serikat telah menemukan sebuah proses kimia sederhana untuk mengkonversi selulosa menjadi molekul-molekul furfural – sebuah sumber bahan bakar hayati alternatif. Furfural (C5H4O2) atau sering disebut dengan 2-furankarboksaldehid, furaldehid, furanaldehid, 2-Furfuraldehid, merupakan senyawa organik turunan dari golongan furan. Senyawa ini berfasa cair berwarna kuning hingga kecoklatan dengan titik didih 161.7oC, densitas (20oC) adalah 1.16 g/cm3. Furfural merupakan senyawa yang kurang larut dalam air namun larut dalam alkohol, eter, dan benzena. Gambar 1 menunjukkan struktur molekul dari furfural.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/artikel/strukturfurfural.gif
Gambar 1. Struktur molekul Furfural
Furfural dapat di peroleh dari limbah industri hayati, koran bekas dll. Mark Mascal dan Edward Nikitin dari Universitas California, mengatakan metode ini menghasilkan bahan bakar furfural dari selulosa buangan dengan hasil yang sangat tinggi. Produk utamanya, cairan organik 5-(klorometil)furfural (CMF), bisa dikonversi dalam satu tahapan sederhana menjadi etoksimetilfurfural (EMF), sebuah zat aditif disel yang potensial. Menurut Mascal pembuatan furfural lebih ekonomis dibandingkan bioetanol.


Dengan melumatkan selulosa bersama asam hidroklorat yang mengandung lithium klorida, dan dengan menggunakan ekstrak diklorometana CMF, bersama dengan zat organik berbasis furan lainnya. CMF selanjutnya bisa dikonversi menjadi produk furanat, EMF, yang telah menunjukkan hasil menjanjikan ketika diuji pada campuran-campuran disel.
Akan tetapi, karena konversi ini memerlukan etanol, Mascal menganggap mungkin lebih baik melakukan sebuah konversi alternatif – hidrogenasi katalitik menjadi 5-metilfurfural (MF), sebuah bahan bakar yang belum diuji. "Hidrogen mudah diperoleh, jadi jika kita bisa mengganti etanol, saya rasa hasil yang dicapai akan lebih baik," kata dia.
Klorin yang dihasilkan sebagai produk sampigan cukup mengganggu nkarena dapat menyebabkan korosi. Maka perlu dicari alternative lainnya yang menghilangkan klorin pada produk akhir atau mengganti klorin dengan unsur lain yang lebih baik.
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang penemuan ini dikarenakan masih banyak kekurangan dan kelemahan yang belum terselesaikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.