Laman

Jumat, 28 Juni 2013

CERMATI SABUN DAN DETERJEN YANG ANDA GUNAKAN.....


Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya cuci-mencuci. Baik dalam mencuci pakaian, badan, ataupun yang lainnya. Nah,...dalam hal tersebut, ada baiknya selain kita peduli dengan kebersihan untuk diri sendiri, kita juga peduli akan kelangsungan lingkungan kita yang disebabkan oleh aktifitas kita.

Dalam sebuah aktifitas cuci-mencuci kita pasti membutuhkan sabun dan atau deterjen. Nah, untuk itu kita juga harus paham dan tahu bahwa sabun dan deterjen yang ada di pasaran tidak semua aman bagi kita dan lingkungan kita.

v  Tentang Sabun
Sabun yang ditemukan pertama kali oleh bangsa Arab pada abad ke-19, pada dasarnya terbuat dari proses pencampuran (Safonifikasi) Soda kaustik dengan minyak nabati (minyak tumbuh-tumbuhan) atau minyak hewani (minyak yang berasal dari lemak hewan). Mengingat sifat sabun yang berasal dari bahan alami, masyarakat pengguna yang mengkonsumsi sabun pun nyaris tak mengalami gangguan seperti alergi atau kerusakan pada kulitnya. Sabun sebagai bahan pembersih yang berbentuk cair maupun padat, bisa digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, atau membersihkan peralatan rumah tangga.

v Tentang Deterjen
Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (Surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa “Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.

Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.

v  Kandungan Zat Kimia pada Deterjen
Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut :

1. Surfaktan.

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik. Ia memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, atau istilah teknisnya, ia berfungsi sebagai emulsifier, bahan pengemulsi.. Zat kimia ini bersifat toksik (beracun) bila dihirup, diserap melalui kulit atau termakan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
•  Anionik :
•  Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
•  Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
•  Alpha Olein Sulfonate (AOS)
•  Kationik : Garam Ammonium
•  Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
•  Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2. Builder.

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
•  Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
•  Asetat :
•  Nitril Tri Acetate (NTA)
•  Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
•  Silikat : Zeolit
•  Sitrat : Asam Sitrat

3. Filler.
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya Sodium sulfat.

4.  Aditif.
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contohnya Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)

Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.

Umumnya pada deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti :

•  Golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/DEA). Perlu diketahui, zat kimia ini sering digunakan pada produk pembersih perawatan tubuh untuk menjaga pH (derajat keasaman) formula. Dapat menyebabkan reaksi alergi, iritasi mata, kekeringan, dan toksik jika digunakan dalam waktu lama. Zat karsinogen ini telah dilarang di Eropa tapi masih ditemukan pada formula kosmetik.

•  Chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP).
Zat kimia ini merupakan zat karsinogenik.

•  Sodium lauryl sulfate (SLS).
 Zat kimia ini dapat mengubah sistem imun (kekebalan) dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran cerna, sistem saraf, paru-paru dan kulit. Umumnya ditemukan pada produk berbusa untuk perawatan tubuh. Mungkin terdaftar sebagai komponen produk semi natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.

•  Sodium laureth sulfate (SLES).
Bila dikombinasi dengan bahan lain, zat kimia ini membentuk zat nitrosamin dan mempunyai efek karsinogen pada tubuh. Perlu kehati-hatian terhadap produk semi natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.

•  Linear alkyl benzene sulfonate (LAS).
 Zat kimia ini juga merupakan zat karsinogenik.

Lingkungan kita yang hijau, juga membutuhkan pembersih, apa gunanya jika kita peduli pada lingkungan, tapi rumah kita kotor berantakan? Alasan yang biasanya muncul adalah karena bahan pembersih yang biasanya tidak ramah lingkungan, bahkan berbahaya bagi lingkungan.

Tidak lupa untuk mengingatkan, perhatikan selalu komposisi bahan produk deterjen dan sabun anda, ataupun produk pembersih lainnya untuk memastikan bahwa produk yang anda gunakan aman.

Sumber :
1.       Chem-is-try.org
2.       Sedotwcjakarta.net
3.       Wikipedia.org
4.       Matoa.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.