Laman

Selasa, 18 Desember 2018

Energi Terbarukan Untuk Hari Esok Yang Lebih Baik


Indonesia kaya akan sumber daya alamnya terutama sumber daya fosil yang membuat kita terkadang lupa untuk mengembangkan sumber daya alternatif. Sekarang ini kita sedang dalam krisis bahan bakar. (Menurut Yayuk dan Amri, 2006) Situasi krisis energi kini makin mengemuka, ditandai oleh terbatasnya pasokan bahan bakar yang mengakibatkan melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM) (seperti solar, bensin, minyak tanah dan lain-lain).
Maka dari itu kita perlu untuk mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan atau biasa disebut dengan “green energy” atau energi hijau. Energi hijau merupakan upaya pembaruan energi.
Energi hijau adalah energi yang tidak mencemari lingkungan dan ramah lingkungan dibandingkan dengan energi yang berasal dari fosil. Energi hijau mencakup semua energi terbarukan seperti tenaga surya, panas bumi, angin, dll.
Energi Baru dan Terbarukan World Council for Renewable Energy (WCRE) mendefinisikan energi terbarukan yang berupa surya, angin, air, laut, panas bumi,biomassa, dan lain-lain sesungguhnya adalah turunan dari energi matahari yang secara alami terbarukan melalui proses alam.
Menurut Abubakar,2007. Mengapa energi terbarukan ? Energi terbarukan harus segera dikembangkan secara nasional bila tetap tergantungan energi fosil, ini akan menimbulkan setidaknya tiga ancaman serius yakni:
(1) Menipisnya cadangan minyak bumi yang diketahui (bila tanpa temuan sumur minyak baru)
(2) Kenaikan/ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, dan
(3) Polusi gas rumah kaca (terutama CO2 ) akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Kadar CO2 saat ini disebut sebagai yang tertinggi selama 125,000 tahun belakangan [2]. Bila ilmuwan masih memperdebatkan besarnya cadangan minyak yang masih bisa dieksplorasi, efek buruk CO2 terhadap pemanasan global telah disepakati hampir oleh semua kalangan. Hal ini menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Oleh karena itu, pengembangan dan implementasi bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan perlu mendapatkan perhatian serius
Konservasi Energi Mendorong pemanfaatan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunan energi yang benarbenar diperlukan.
• Konservasi di sisi pembangkit, yang didahului oleh audit energi
• Mengurangi pemakaian listrik yang bersifat konsumtif, keindahan, kenyamanan
• Mengganti peralatan yang tidak effisien
• Mengatur waktu pemakaian peralatan listrik

Dalam Konferensi Dunia Biomassa untuk Energ i dan Perubahan Cuaca yang kedua tahun 2003 di Roma, Italia, Volkswagen-Exxon Mobile menyebutkan bahwa berdasarkan jenis bahan bakar dan otomotif yang akan mendominasi pasar, dunia dihadapkan pada 4 generasi.
1.      Generasi pertama : Generasi bahan bakar minyak (BBM) berbasis prtroleum (minyak bumi)
2.      Generasi kedua : Generasi BBM mix atau campuran antara BBM terbarukan dan BBM petroleum yang saat ini sedang dikembangkan.
3.      Generasi ketiga : generasi BBM terbaruka Advance Synthetic Fuel, seperti Flash Pyolsis Oil (bio-oil), Fischer Tropsh (FT) Methanol, dan Hydro Thermal Upgrading Oil (HTU)
4.      Geneerasi keempat : Generasi ini akaan menjadi andalan, yaitu Hidrogen. Mengingat bahwa bahan ini memiliki nilai kalori yang tertinggi.
Lalu, apakah kita siap dengan perubahan ini ?
Pada prinsipnya bangsa kita siap memasuki era generasi kedua BBM. Beberapa perguruan Tinggi Negeri dan Swasta besa, Pusat Penelitian Kelapa Sait (PPKS), serta LIPI telah menjadi pionir dalam pengembangan dan riset BBM generasi kedua .Minyak dari biji jarak pagar menjadi salah satu andalan bahan mentah yang diharapkan sebagai salah satu tulang punggung industri biodiesel di Indonesia. Namun, perkembangan BBM generasi kedua ini juga memiliki hambatan salah satunya karea harga produksi yang tinggi. (Rama dan Roy, 2008)

Sampai kini pertumbuhan Energi Hijau masih sangat rendah, padahal telah dicanangkan bahwa energi hijau akan mencapai 25% pada tahun 2025. Hal ini disebabkan beberapa kendala yaitu harga yang tidak kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar minyak. “Indonesia sendiri kini sudah tidak lagi kaya akan minyak. Energi tersebut akan segera habis dalam beberapa puluh tahun lagi. Artinya, ketahanan energi Indonesia harus dicarikan solusi, utamanya dengan pemanfaatan energi hijau,” ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Iskandar Jakarta (3/7).


Daftar Pustaka :
Prihandana, Rama  dan R. Hendroko. 2008. Energi Hijau: pilihan bijak menuju negeri mandiri energi. Jakarta: Penebar Swadaya. Dalam : https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=QTIKqw5aNGIC&oi=fnd&pg=PA3&dq=energi+hijau+adalah&ots=Clr50qUX1c&sig=3Ow5J0O5kxB-nCmMnIEPpiZCvNk&redir_esc=y#v=onepage&q=energi%20hijau%20adalah&f=false (Diakses 18 Desember 2018)

Lubis, Abubakar. 2007. Energi Terbarukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Vol 8, No. 2, Mei 2007. Dalam: http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011/index.php/JTL/article/view/508 (Diakses 18 Desember 2018)

Siswiyanti, Yayuk, A. Jahi. 2006. MENGEMBANGKAN KAPASITAS MASYARAKAT PEDESAAN DALAM BERSWASEMBADA ENERGI MELALUI PENDIDIKAN: Pengembangan Energi Hijau (Green Energy) sebagai Energi Alternatif. Vol2, No.2, Juni 2016. Dalam: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/viewFile/2133/1163 (Diakses 18 Desember 2018)

 Heyko, Eduardo, Z. Hasid, dan Priyagus.
Eduardo Heyko, Zamruddin Hasid, Priyagus. 2016. STRATEGI PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN DALAM RANGKA KEMANDIRIAN ENERGI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Vol. 12, No. 1. Dalam: journal.feb.unmul.ac.id/index.php/INOVASI/article/download/797/71(Diakses 18 Desember 2018)
BPPT. 2013. Energi Hijau Untuk Ketahanan Energi Indonesia. Dalam: https://www.bppt.go.id/teknologi-informasi-energi-dan-material/1724-energi-hijau-untuk-ketahanan-energi-indonesia (Diakses 18 Desember 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.