Indonesia kaya akan sumber daya alamnya
terutama sumber daya fosil yang membuat kita terkadang lupa untuk mengembangkan
sumber daya alternatif. Sekarang ini kita sedang dalam krisis bahan bakar.
(Menurut Yayuk dan Amri, 2006) Situasi krisis energi kini makin mengemuka,
ditandai oleh terbatasnya pasokan bahan bakar yang mengakibatkan melambungnya
harga bahan bakar minyak (BBM) (seperti solar, bensin, minyak tanah dan
lain-lain).
Maka dari itu kita perlu untuk mengembangkan
energi terbarukan yang ramah lingkungan atau biasa disebut dengan “green
energy” atau energi hijau. Energi hijau merupakan upaya pembaruan energi.
Energi hijau adalah energi yang tidak mencemari
lingkungan dan ramah lingkungan dibandingkan dengan energi yang berasal dari
fosil. Energi hijau mencakup semua energi terbarukan seperti tenaga surya,
panas bumi, angin, dll.
Energi Baru dan Terbarukan World Council for
Renewable Energy (WCRE) mendefinisikan energi terbarukan yang berupa surya,
angin, air, laut, panas bumi,biomassa, dan lain-lain sesungguhnya adalah
turunan dari energi matahari yang secara alami terbarukan melalui proses alam.
Menurut
Abubakar,2007. Mengapa energi terbarukan ? Energi terbarukan harus segera
dikembangkan secara nasional bila tetap tergantungan energi fosil, ini akan
menimbulkan setidaknya tiga ancaman serius yakni:
(1)
Menipisnya cadangan minyak bumi yang diketahui (bila tanpa temuan sumur minyak
baru)
(2)
Kenaikan/ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari
produksi minyak, dan
(3)
Polusi gas rumah kaca (terutama CO2 ) akibat pembakaran bahan bakar fosil.
Kadar CO2 saat ini disebut sebagai yang
tertinggi selama 125,000 tahun belakangan [2]. Bila ilmuwan masih
memperdebatkan besarnya cadangan minyak yang masih bisa dieksplorasi, efek
buruk CO2 terhadap pemanasan global telah disepakati hampir oleh semua
kalangan. Hal ini menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan makhluk hidup di
muka bumi. Oleh karena itu, pengembangan dan implementasi bahan bakar
terbarukan yang ramah lingkungan perlu mendapatkan perhatian serius
Konservasi Energi Mendorong pemanfaatan energi
secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunan energi yang benarbenar
diperlukan.
•
Konservasi di sisi pembangkit, yang didahului oleh audit energi
•
Mengurangi pemakaian listrik yang bersifat konsumtif, keindahan, kenyamanan
•
Mengganti peralatan yang tidak effisien
•
Mengatur waktu pemakaian peralatan listrik
Dalam
Konferensi Dunia Biomassa untuk Energ i dan Perubahan Cuaca yang kedua tahun
2003 di Roma, Italia, Volkswagen-Exxon Mobile menyebutkan bahwa berdasarkan
jenis bahan bakar dan otomotif yang akan mendominasi pasar, dunia dihadapkan
pada 4 generasi.
1.
Generasi pertama : Generasi bahan
bakar minyak (BBM) berbasis prtroleum (minyak bumi)
2.
Generasi kedua : Generasi BBM mix
atau campuran antara BBM terbarukan dan BBM petroleum yang saat ini sedang
dikembangkan.
3.
Generasi ketiga : generasi BBM
terbaruka Advance Synthetic Fuel, seperti
Flash Pyolsis Oil (bio-oil), Fischer Tropsh (FT) Methanol, dan Hydro Thermal
Upgrading Oil (HTU)
4.
Geneerasi keempat : Generasi ini
akaan menjadi andalan, yaitu Hidrogen. Mengingat bahwa bahan ini memiliki nilai
kalori yang tertinggi.
Lalu, apakah kita
siap dengan perubahan ini ?
Pada
prinsipnya bangsa kita siap memasuki era generasi kedua BBM. Beberapa perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta besa, Pusat Penelitian Kelapa Sait (PPKS), serta LIPI
telah menjadi pionir dalam pengembangan dan riset BBM generasi kedua .Minyak
dari biji jarak pagar menjadi salah satu andalan bahan mentah yang diharapkan
sebagai salah satu tulang punggung industri biodiesel di Indonesia. Namun,
perkembangan BBM generasi kedua ini juga memiliki hambatan salah satunya karea
harga produksi yang tinggi. (Rama dan Roy, 2008)
Sampai kini pertumbuhan Energi Hijau masih sangat
rendah, padahal telah dicanangkan bahwa energi hijau akan mencapai 25% pada
tahun 2025. Hal ini disebabkan beberapa kendala yaitu harga yang tidak
kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar minyak. “Indonesia sendiri kini
sudah tidak lagi kaya akan minyak. Energi tersebut akan segera habis dalam
beberapa puluh tahun lagi. Artinya, ketahanan energi Indonesia harus dicarikan
solusi, utamanya dengan pemanfaatan energi hijau,” ungkap Kepala Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Iskandar Jakarta (3/7).
Daftar Pustaka :
Prihandana, Rama dan R. Hendroko. 2008. Energi Hijau: pilihan
bijak menuju negeri mandiri energi. Jakarta: Penebar Swadaya. Dalam : https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=QTIKqw5aNGIC&oi=fnd&pg=PA3&dq=energi+hijau+adalah&ots=Clr50qUX1c&sig=3Ow5J0O5kxB-nCmMnIEPpiZCvNk&redir_esc=y#v=onepage&q=energi%20hijau%20adalah&f=false
(Diakses 18 Desember 2018)
Lubis, Abubakar. 2007. Energi Terbarukan Dalam
Pembangunan Berkelanjutan. Vol 8, No. 2, Mei 2007. Dalam: http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011/index.php/JTL/article/view/508
(Diakses 18 Desember 2018)
Siswiyanti, Yayuk, A. Jahi. 2006.
MENGEMBANGKAN KAPASITAS MASYARAKAT PEDESAAN DALAM BERSWASEMBADA ENERGI MELALUI
PENDIDIKAN: Pengembangan Energi Hijau (Green Energy) sebagai Energi Alternatif.
Vol2, No.2, Juni 2016. Dalam: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/viewFile/2133/1163
(Diakses 18 Desember 2018)
Heyko,
Eduardo, Z. Hasid, dan Priyagus.
Eduardo Heyko, Zamruddin Hasid, Priyagus. 2016.
STRATEGI PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN DALAM RANGKA KEMANDIRIAN ENERGI DAERAH
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Vol. 12, No. 1. Dalam: journal.feb.unmul.ac.id/index.php/INOVASI/article/download/797/71(Diakses 18
Desember 2018)
BPPT.
2013. Energi Hijau Untuk Ketahanan Energi Indonesia. Dalam: https://www.bppt.go.id/teknologi-informasi-energi-dan-material/1724-energi-hijau-untuk-ketahanan-energi-indonesia
(Diakses 18 Desember 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.